Mutazilah - Islam Liberal? Netral? Rasional? Abad Pertengahan
Banyak kaum muslim yg mengagung-agungkan zaman keemasan Islam namun sayangnya tidak mengenal aliran mutazilah. Aliran mutazilah lah yang memberikan ruh kebebasan berpikir dan rasionalisme dalam ideologi Islam. Pembangunan Bait Al-Hikmah, kemajuan sains, bahkan era renaissance Eropa pun berkat sumbangan mereka.
Mu'tazilah berasal dari
kata "i'tazala" (memisahkan). Kisahnya, suatu hari, Hasan al Bashri
sedang mengadakan kajian rutin bersama murid-muridnya, termasuk Wasil
bin Atha', di masjid. Tiba-tiba datanglah seorang pria bertanya pada al
Bashri,
"Di zaman ini, ada beberapa golongan yang mengkafirkan dan memurtadkan sebagian umat Islam yang telah melakukan dosa besar. Ada pula golongan yang menyatakan bahwa dosa besar tidak akan menjerumuskan seseorang ke dalam neraka bila masih terdapat iman dalam hatinya. Bagaimanakah pendapat tuan guru mengenai masalah ini?"
Hasan al Bashri sejenak berpikir karena tidak mau gegabah dalam memberikan keputusan. Tetapi, tanpa dikomando, Wasil bin Atha' langsung mengutarakan pendapatnya,
"Menurutku, muslim yang berdosa besar bukanlah mukmin mutlak, tapi bukan juga kafir mutlak, ia akan ditempatkan di sebuah tempat di antara surga dan neraka (al A'raf), sesuai dengan kedudukannya sebagai bukan mukmin dan bukan kafir"
Washil bangkit berdiri, memisahkan diri dari majelis gurunya (al Bashri), dan berdiam di salah satu tiang masjid, lalu ia mengulangi lagi pendapatnya dengan nada keras.
Dengan suara pelan, al Bashri berkata , "i'tazala 'anna Washil" (Washil telah memisahkan dirinya dari kita).
dikutip dan dimodifikasi dari 30 Kisah Teladan. Mu'tazilah aktif sebagai aliran pada abad ke-8 M sampai abad ke-10 M (kira-kira 130 sampai 300 tahun sesudah Hijrah)
Washil bin Atha', pendiri aliran Mu'tazilah, hidup pada pertengahan masa Kekhalifahan Umayyah.
Aliran Mu'tazilah bertahan melalui perubahan dinasti dari Umayyah ke Abbasiyah.
Mungkin puncak kejayaan aliran Mu'tazilah adalah pada masa Khalifah Abbasiyah al-Ma'mun, 786-833 M. al-Ma'mun, putra Khalifah Harun al-Rasyid, terkenal sebagai khalifah yang mencintai ilmu, dia mendirikan Bait al-Hikmah, perpustakaan dan pusat penerjemahan buku. Masa yang sering dianggap sebagai masa kejayaan Islam secara umum di bidang keilmuan.
al-Khawarizmi dan al-Kindi adalah dua ulama yang aktif di Bait al-Hikmah pada masa al-Ma'mun. Penanggung jawab penerjemahan di Bait al-Hikmah adalah ulama Kristen Hunain bin Is.haq/Johannitius.
Aliran Mu'tazilah melemah ketika khalifah al-Mutawakkil (820-860 M) tak lagi menganutnya sebagai "aliran resmi negara".
"Di zaman ini, ada beberapa golongan yang mengkafirkan dan memurtadkan sebagian umat Islam yang telah melakukan dosa besar. Ada pula golongan yang menyatakan bahwa dosa besar tidak akan menjerumuskan seseorang ke dalam neraka bila masih terdapat iman dalam hatinya. Bagaimanakah pendapat tuan guru mengenai masalah ini?"
Hasan al Bashri sejenak berpikir karena tidak mau gegabah dalam memberikan keputusan. Tetapi, tanpa dikomando, Wasil bin Atha' langsung mengutarakan pendapatnya,
"Menurutku, muslim yang berdosa besar bukanlah mukmin mutlak, tapi bukan juga kafir mutlak, ia akan ditempatkan di sebuah tempat di antara surga dan neraka (al A'raf), sesuai dengan kedudukannya sebagai bukan mukmin dan bukan kafir"
Washil bangkit berdiri, memisahkan diri dari majelis gurunya (al Bashri), dan berdiam di salah satu tiang masjid, lalu ia mengulangi lagi pendapatnya dengan nada keras.
Dengan suara pelan, al Bashri berkata , "i'tazala 'anna Washil" (Washil telah memisahkan dirinya dari kita).
dikutip dan dimodifikasi dari 30 Kisah Teladan. Mu'tazilah aktif sebagai aliran pada abad ke-8 M sampai abad ke-10 M (kira-kira 130 sampai 300 tahun sesudah Hijrah)
Washil bin Atha', pendiri aliran Mu'tazilah, hidup pada pertengahan masa Kekhalifahan Umayyah.
Aliran Mu'tazilah bertahan melalui perubahan dinasti dari Umayyah ke Abbasiyah.
Mungkin puncak kejayaan aliran Mu'tazilah adalah pada masa Khalifah Abbasiyah al-Ma'mun, 786-833 M. al-Ma'mun, putra Khalifah Harun al-Rasyid, terkenal sebagai khalifah yang mencintai ilmu, dia mendirikan Bait al-Hikmah, perpustakaan dan pusat penerjemahan buku. Masa yang sering dianggap sebagai masa kejayaan Islam secara umum di bidang keilmuan.
al-Khawarizmi dan al-Kindi adalah dua ulama yang aktif di Bait al-Hikmah pada masa al-Ma'mun. Penanggung jawab penerjemahan di Bait al-Hikmah adalah ulama Kristen Hunain bin Is.haq/Johannitius.
Aliran Mu'tazilah melemah ketika khalifah al-Mutawakkil (820-860 M) tak lagi menganutnya sebagai "aliran resmi negara".
Ajaran-ajaran Mutazilah
1. Tauhid (Ke-Esaan Allah)
Mutazilah mempunyai cara unik dalam menjelaskan tauhid, yaitu melalui peniadaan sifat2 (nafy al-sifat) Tuhan. Apa-apa yg disebut sbg sifat sebenarnya bukanlah sifat yg mempunyai wujud sendiri di luar zat Tuhan. Melainkan sifat yg merupakan esensi Tuhan. Tidak mungkin sifat yg mempunyai wujud sendiri melekat pada zat Tuhan. Karena zat Tuhan bersifat qadim maka apa yg melekat pada zat itu bersifat qadim pula. Dengan demikian sifat ikut bersifat qadim. Ini menurut Wasil akan membawa pada adanya dua Tuhan, karena yg bersifat qadim hanyalah Tuhan. Oleh karena itu untuk memelihara murninya tawhid atau Ke Maha Esa-an Tuhan, Tuhan tak boleh dikatakan mempunyai sifat dalam arti diatas. Ajaran ini belum matang ketika di ucapkan oleh Wasil, namun disempurnakan murid2nya setelah mempelajari filsafat Yunani.
2. Al-Adl (Keadilan Tuhan)
Tuhan, kata Wasil bersifat bijaksana dan adil. Tidak mungkin Tuhan bersifat jahat dan zalim. Tidak mungkin Tuhan menghendaki manusia untuk melanggar perintah2nya. Dengan demikian manusia sendirilah yg sebenarnya mewujudkan perbuatan baik atau jahatnya, iman dan kekufurannya, patuh dan pembangkangannya. Untuk mewujudkan perbuatan2 itu, Tuhan memberikan daya dan kekuatan kepada manusia. Tidak mungkin Tuhan memberikan perintah jika manusia tidak mempunyai daya untuk mengerjakannya.
3. Al-Wa'd wa al-Wa'id (Janji dan Ancaman)
Tuhan memberikan janji baik bagi orang2 yg patu kepada-Nya, dan memberikan ancaman bagi orang2 yg melanggar perintah-Nya. Dia tidak akan menarik kata2nya atau bertindak berkebalikan dgn janji2nya
4. Al-manzillah bain al-manzilatain (posisi diantara dua posisi)
Menurut ajaran ini, orang yg berbuat dosa besar bukan kafir, sebagaimana disebut kaum Khawarij, juga bukan mukmin, sebagaimana disebut kaum Murjiah, melainkan fasiq yg menempati posisi antara mukmin dan kafir. Kata mukmin, menurut Wasil, merupakan sifat baik dan nama pujian yang tak dapat diberikan kepada orang fasiq, dengan dosa besarnya. Tetapi tidak bisa disebut juga kafir, karena dibalik dosa besar ia masih bersyahadat, beriman, dan melakukan perbuatan2 baik. Orang ini jika meninggal tanpa bertaubat maka akan menerima siksaan namun lebih ringan dari siksaan orang kafir.
5. Al-amr bil ma'ruf wa al-nahy 'an al munkar (Mengajak Kebaikan dan mencegah keburukan)
Ajaran ini merupakan ajaran yg universal dalam seluruh teologi Islam. Kaum khawarij berpendapat ekstrim bahwa mencegah keburukan adalah suatu kewajiban dan kalau perlu dilakukan kekerasan untuk melakukannya. Sementara Murjiah lebih toleran dalam hal ini, menurut mereka hanya Allah yg berhak menghakimi orang lain. Karena itu mereka lebih memilih dgn cara seruan dan sangat menghindari kekerasan. Mutazilah berada pada posisi tengah2 sehingga tidak menafikkan cara kekerasan untuk mencegah kemungkaran, bisa dilihat dari sejarahnya kaum ini sering menggunakan kekerasan untuk menyebar luaskan ajarannya.
Mutazilah mempunyai cara unik dalam menjelaskan tauhid, yaitu melalui peniadaan sifat2 (nafy al-sifat) Tuhan. Apa-apa yg disebut sbg sifat sebenarnya bukanlah sifat yg mempunyai wujud sendiri di luar zat Tuhan. Melainkan sifat yg merupakan esensi Tuhan. Tidak mungkin sifat yg mempunyai wujud sendiri melekat pada zat Tuhan. Karena zat Tuhan bersifat qadim maka apa yg melekat pada zat itu bersifat qadim pula. Dengan demikian sifat ikut bersifat qadim. Ini menurut Wasil akan membawa pada adanya dua Tuhan, karena yg bersifat qadim hanyalah Tuhan. Oleh karena itu untuk memelihara murninya tawhid atau Ke Maha Esa-an Tuhan, Tuhan tak boleh dikatakan mempunyai sifat dalam arti diatas. Ajaran ini belum matang ketika di ucapkan oleh Wasil, namun disempurnakan murid2nya setelah mempelajari filsafat Yunani.
2. Al-Adl (Keadilan Tuhan)
Tuhan, kata Wasil bersifat bijaksana dan adil. Tidak mungkin Tuhan bersifat jahat dan zalim. Tidak mungkin Tuhan menghendaki manusia untuk melanggar perintah2nya. Dengan demikian manusia sendirilah yg sebenarnya mewujudkan perbuatan baik atau jahatnya, iman dan kekufurannya, patuh dan pembangkangannya. Untuk mewujudkan perbuatan2 itu, Tuhan memberikan daya dan kekuatan kepada manusia. Tidak mungkin Tuhan memberikan perintah jika manusia tidak mempunyai daya untuk mengerjakannya.
3. Al-Wa'd wa al-Wa'id (Janji dan Ancaman)
Tuhan memberikan janji baik bagi orang2 yg patu kepada-Nya, dan memberikan ancaman bagi orang2 yg melanggar perintah-Nya. Dia tidak akan menarik kata2nya atau bertindak berkebalikan dgn janji2nya
4. Al-manzillah bain al-manzilatain (posisi diantara dua posisi)
Menurut ajaran ini, orang yg berbuat dosa besar bukan kafir, sebagaimana disebut kaum Khawarij, juga bukan mukmin, sebagaimana disebut kaum Murjiah, melainkan fasiq yg menempati posisi antara mukmin dan kafir. Kata mukmin, menurut Wasil, merupakan sifat baik dan nama pujian yang tak dapat diberikan kepada orang fasiq, dengan dosa besarnya. Tetapi tidak bisa disebut juga kafir, karena dibalik dosa besar ia masih bersyahadat, beriman, dan melakukan perbuatan2 baik. Orang ini jika meninggal tanpa bertaubat maka akan menerima siksaan namun lebih ringan dari siksaan orang kafir.
5. Al-amr bil ma'ruf wa al-nahy 'an al munkar (Mengajak Kebaikan dan mencegah keburukan)
Ajaran ini merupakan ajaran yg universal dalam seluruh teologi Islam. Kaum khawarij berpendapat ekstrim bahwa mencegah keburukan adalah suatu kewajiban dan kalau perlu dilakukan kekerasan untuk melakukannya. Sementara Murjiah lebih toleran dalam hal ini, menurut mereka hanya Allah yg berhak menghakimi orang lain. Karena itu mereka lebih memilih dgn cara seruan dan sangat menghindari kekerasan. Mutazilah berada pada posisi tengah2 sehingga tidak menafikkan cara kekerasan untuk mencegah kemungkaran, bisa dilihat dari sejarahnya kaum ini sering menggunakan kekerasan untuk menyebar luaskan ajarannya.