Fakta dibalik Kisah Berdirinya Patung-patung Monumental di Jakarta
Banyak kisah maupun fakta menarik dibalik pembuatan patung-patung di kota Jakarta. Seperti yang kita kenal saat ini, ada beberapa tugu atau patung yang keberadaannya terkenal di Jakarta, antara lain Patung Dirgantara, Patung Selamat datang, patung Arjuna wijaya, patung pahlawan, dan lain sebagainya.
Nah berikut ini akan kita bahas fakta dan kisah dibalik pembuatan patung-patung bersejarah yang tersebar di beberapa jalan pusat kota Jakarta.
1. Patung Arjuna Wijaya atau Patung Asta Brata
Patung Arjuna Wijaya ini dibangun pada bulan Agustus 1987. Patung ini menggambarkan sosok Arjuna dalam perang Baratayudha yang kereta perangnya ditunggangi oleh Batara Kresna.
Adegan patung karya pematung Nyoman Nuarta itu diambil dari fragmen saat mereka melawan Adipati Karna. Oleh orang-orang jakarta, patung ini biasa dikenal dengan nama Patung kuda setan, atau juga Patung delman.
Kereta pada patung tersebut ditarik oleh delapan kuda, yang melambangkan delapan ajaran kehidupan yang diidolakan oleh Presiden Soeharto.
Asta Brata itu meliputi falsafah hidup yang mengajarkan kita harus mencontoh bumi, matahari, api, bintang, samudera, angin, hujan dan bulan. Di bagian patung itu menempel prasasti yang bertuliskan "Kuhantarkan kau melanjutkan perjuangan dengan pembangunan yang tidak mengenal akhir".
Proses pembuatan patung ini pernah mengalami keterbatasan dana, sehingga patung itu dibuat dari bahan poliester resin yang punya kelemahan mudah rapuh jika terkena sinar ultraviolet.
Sampai dengan tahun 2003, patung Arjuna Wijaya mengalami kerusakan, sehingga akhirnya patung ini direnovasi kembali dengan menelan biaya 4 miliar. Bahan material patung itu sendiri diganti dengan bahan tembaga.
2. Patung Dirgantara
Patung dirgantara biasa dikenal dengan nama plesetannya, yakni patung pancoran, patung "hey kamu", bahkan ada yang menyebutnya sebagai patung superman.
Patung yang berada di daerah pancoran ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta atas permintaan Bung Karno. Tujuan dari pembuatan patung ini adalah untuk menampilkan keperkasaan dan kekuatan angkatan udara bangsa Indonesia.
Patung Dirgantara ini menghadap ke Utara dengan tangannya mengacung ke bekas Bandar Udara Internasional Kemayoran. Lokasinya dekat dengan Markas Besar Angkatan Udara di Selatannya dan Bandar Udara Domestik Halim Perdana Kusuma di Tenggaranya. Karena bertempat di kawasan Pancoran makanya patung ini sering dibilang patung Pancoran.
Ada kisah yang beredar, bahwa Indonesia pernah mengalami kekurangan anggaran untuk biaya pembuatan patung ini, sehingga Presiden Soekarno harus rela menjual mobilnya untuk membiayai kekurangannya.
3. Patung Selamat Datang
Patung Selamat Datang dibangun untuk menyambut para atlet peserta Asian Games IV tahun 1962. Patung ini berada di depan Hotel Indonesia dengan posisi berdiri persis di atas air mancur bundaran Hotel Indonesia.
Patung perunggu ini dibuat oleh Edhi Sunarso, dan dirancang bersama dengan Henk Ngantung mantan Gubernur Jakarta. Sesuai dengan namanya, patung ini dibangun untuk memberikan salam selamat datang bagi para pendatang.
Posisi patung yang menghadap ke arah kota (utara) juga menunjukan daerah kota berperan sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan pendatang dari pelabuhan saat itu.
Disekitar patung ini terdapat lima formasi Air Mancur yang dijadikan simbol ideologi Negara Republik Indonesia, Pancasila.
Simbol ini juga berperan untuk memberikan salam kepada kota Jakarta sebagai kota Ibukota Negara dan Kota Metropolitan dengan formasi ucapan Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Petang, Selamat Malam dan Selamat Hari Minggu. Orang-orang jakarta biasa menyebut patung selamat datang sebagai patung jali-jali atau patung HI.
4. Patung Pemuda Membangun
Pizza Man atau Patung Laki-laki bawa obor, begitulah orang-orang menamainya. Patung ini dibangun sebagai penghargaan untuk pemuda dan pemudi dalam keikut sertaannya pada pembangunan Indonesia.
Patung ini dilambangkan dengan seorang pemuda gagah dan kuat yang sedang memegang piring berisi api yang tak pernah padam sebagai perwujudan semangat pembangunan yang tak pernah mati.
Saat pembangunannya, patung ini direncanakan selesai pada Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1971, namun karena pembangunan belum selesai akhirnya diresmikan pada bulan Maret 1972.
Patung ini terletak di Bunderan Senayan, tempat strategis sebagai titik temu antara Senayan sebagai pintu gerbang Jakarta Pusat dengan area Jakarta Selatan.
5. Patung Pahlawan
Patung ini dibuat sebagai bentuk penghargaan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia, yang dilambangkan dengan seorang laki-laki yang memakai caping (topi pak tani) menyandang senapan dan sedang meminta restu pada wanita yang ada disisinya untuk maju ke medan perang.
Disebabkan karena topi capingnya itulah, maka orang-orang biasa menyebut patung ini dengan sebutan patung pak tani.
Ide patung ini dimulai saat presiden Soekarno melakukan perjalanan ke kota Moskow dan beliau terkesan dengan patung-patung yang ada disana. Saat itu presiden Russia mengenalkan presiden Soekarno ke salah satu seniman yang bernama Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer.
Mereka pun kemudian diundang ke Indonesia untuk membuat patung yang melambangkan semangat kemerdekaan. Disinilah kedua pematung itu berkelana dan menemukan legenda Jawa Barat yang berkisah tentang seorang Ibu yang mengiringi anaknya untuk pergi berperang.
Sang Ibu memberikan semangat supaya sang anak memenangkan setiap peperangan dan selalu ingat dengan orang tua dan negaranya.
Patung perunggu ini dibuat di Rusia dan dibawa ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut, dan kemudian diresmikan pada tahun 1963 oleh Presiden Soekarno. Pada papan di monumennya tertulis: "Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar".
Sumber:
rumahgue.com
Nah berikut ini akan kita bahas fakta dan kisah dibalik pembuatan patung-patung bersejarah yang tersebar di beberapa jalan pusat kota Jakarta.
1. Patung Arjuna Wijaya atau Patung Asta Brata
Patung Arjuna Wijaya ini dibangun pada bulan Agustus 1987. Patung ini menggambarkan sosok Arjuna dalam perang Baratayudha yang kereta perangnya ditunggangi oleh Batara Kresna.
Adegan patung karya pematung Nyoman Nuarta itu diambil dari fragmen saat mereka melawan Adipati Karna. Oleh orang-orang jakarta, patung ini biasa dikenal dengan nama Patung kuda setan, atau juga Patung delman.
Kereta pada patung tersebut ditarik oleh delapan kuda, yang melambangkan delapan ajaran kehidupan yang diidolakan oleh Presiden Soeharto.
Asta Brata itu meliputi falsafah hidup yang mengajarkan kita harus mencontoh bumi, matahari, api, bintang, samudera, angin, hujan dan bulan. Di bagian patung itu menempel prasasti yang bertuliskan "Kuhantarkan kau melanjutkan perjuangan dengan pembangunan yang tidak mengenal akhir".
Proses pembuatan patung ini pernah mengalami keterbatasan dana, sehingga patung itu dibuat dari bahan poliester resin yang punya kelemahan mudah rapuh jika terkena sinar ultraviolet.
Sampai dengan tahun 2003, patung Arjuna Wijaya mengalami kerusakan, sehingga akhirnya patung ini direnovasi kembali dengan menelan biaya 4 miliar. Bahan material patung itu sendiri diganti dengan bahan tembaga.
2. Patung Dirgantara
Patung dirgantara biasa dikenal dengan nama plesetannya, yakni patung pancoran, patung "hey kamu", bahkan ada yang menyebutnya sebagai patung superman.
Patung yang berada di daerah pancoran ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta atas permintaan Bung Karno. Tujuan dari pembuatan patung ini adalah untuk menampilkan keperkasaan dan kekuatan angkatan udara bangsa Indonesia.
Patung Dirgantara ini menghadap ke Utara dengan tangannya mengacung ke bekas Bandar Udara Internasional Kemayoran. Lokasinya dekat dengan Markas Besar Angkatan Udara di Selatannya dan Bandar Udara Domestik Halim Perdana Kusuma di Tenggaranya. Karena bertempat di kawasan Pancoran makanya patung ini sering dibilang patung Pancoran.
Ada kisah yang beredar, bahwa Indonesia pernah mengalami kekurangan anggaran untuk biaya pembuatan patung ini, sehingga Presiden Soekarno harus rela menjual mobilnya untuk membiayai kekurangannya.
3. Patung Selamat Datang
Patung Selamat Datang dibangun untuk menyambut para atlet peserta Asian Games IV tahun 1962. Patung ini berada di depan Hotel Indonesia dengan posisi berdiri persis di atas air mancur bundaran Hotel Indonesia.
Patung perunggu ini dibuat oleh Edhi Sunarso, dan dirancang bersama dengan Henk Ngantung mantan Gubernur Jakarta. Sesuai dengan namanya, patung ini dibangun untuk memberikan salam selamat datang bagi para pendatang.
Posisi patung yang menghadap ke arah kota (utara) juga menunjukan daerah kota berperan sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan pendatang dari pelabuhan saat itu.
Disekitar patung ini terdapat lima formasi Air Mancur yang dijadikan simbol ideologi Negara Republik Indonesia, Pancasila.
Simbol ini juga berperan untuk memberikan salam kepada kota Jakarta sebagai kota Ibukota Negara dan Kota Metropolitan dengan formasi ucapan Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Petang, Selamat Malam dan Selamat Hari Minggu. Orang-orang jakarta biasa menyebut patung selamat datang sebagai patung jali-jali atau patung HI.
4. Patung Pemuda Membangun
Pizza Man atau Patung Laki-laki bawa obor, begitulah orang-orang menamainya. Patung ini dibangun sebagai penghargaan untuk pemuda dan pemudi dalam keikut sertaannya pada pembangunan Indonesia.
Patung ini dilambangkan dengan seorang pemuda gagah dan kuat yang sedang memegang piring berisi api yang tak pernah padam sebagai perwujudan semangat pembangunan yang tak pernah mati.
Saat pembangunannya, patung ini direncanakan selesai pada Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1971, namun karena pembangunan belum selesai akhirnya diresmikan pada bulan Maret 1972.
Patung ini terletak di Bunderan Senayan, tempat strategis sebagai titik temu antara Senayan sebagai pintu gerbang Jakarta Pusat dengan area Jakarta Selatan.
5. Patung Pahlawan
Patung ini dibuat sebagai bentuk penghargaan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia, yang dilambangkan dengan seorang laki-laki yang memakai caping (topi pak tani) menyandang senapan dan sedang meminta restu pada wanita yang ada disisinya untuk maju ke medan perang.
Disebabkan karena topi capingnya itulah, maka orang-orang biasa menyebut patung ini dengan sebutan patung pak tani.
Ide patung ini dimulai saat presiden Soekarno melakukan perjalanan ke kota Moskow dan beliau terkesan dengan patung-patung yang ada disana. Saat itu presiden Russia mengenalkan presiden Soekarno ke salah satu seniman yang bernama Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer.
Mereka pun kemudian diundang ke Indonesia untuk membuat patung yang melambangkan semangat kemerdekaan. Disinilah kedua pematung itu berkelana dan menemukan legenda Jawa Barat yang berkisah tentang seorang Ibu yang mengiringi anaknya untuk pergi berperang.
Sang Ibu memberikan semangat supaya sang anak memenangkan setiap peperangan dan selalu ingat dengan orang tua dan negaranya.
Patung perunggu ini dibuat di Rusia dan dibawa ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut, dan kemudian diresmikan pada tahun 1963 oleh Presiden Soekarno. Pada papan di monumennya tertulis: "Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar".
Sumber:
rumahgue.com