7 Negara yang selamat dari krisis globab
Resesi akbar yang terjadi sejak tahun 2007 dan masih tersisa sampai sekarang membuat banyak negara hampir pailit. Para pemain besar perekonomian dunia juga terkena imbasnya, pertumbuhan ekonomi mereka melambat.
Resesi ini juga yang meruntuhkan banyak institusi finansial besar di berbagai negara, bank-bank terpaksa menggelontorkan dana talangan (bailout) dan ambruknya pasar saham. Di beberapa negara, sektor perumahan anjlok, usaha-usaha tutup akibat turunnya daya beli dan jumlah pengangguran meroket.
Negara adidaya macam Amerika Serikat dan China harus gigit jari dengan turunnya perekonomian mereka. Negara-negara Eropa harus berjuang menutupi utang mereka, dengan memberlakukan pengetatan anggaran, berujung pada kesengsaraan rakyat. Kerusuhan di mana-mana.
Namun, di tengah carut-marut ekonomi global, ada beberapa negara yang masih stabil, bahkan meningkat perekonomiannya. Jurnal ekonomi dan politik AS, Foreign Policy, bulan ini merangkum tujuh negara yang selamat dari krisis 2007, salah satunya tercatat adalah Indonesia. Berikut adalah daftar ke tujuh negara tersebut:
1. Korea Selatan
Kemajuan Korsel di tengah krisis ekonomi dunia tidak terlepas dari mimpi Presiden Lee Myung-bak untuk menjadikan negara itu sebagai negara kelas satu. Dalam mewujudkan mimpinya, Lee meningkatkan riset, pengembangan serta inovasi dari 3,4 persen menjadi 5 persen dengan bantuan subsidi pemerintah. Tercatat, beberapa perusahaan seperti Samsung, Kia dan Hyundai menangguk untung di saat yang lainnya terpuruk.
Korsel adalah negara pertama yang bangkit dari resesi pada tahun 2009. Pendapatan masyarakat Korsel meningkat pesat dalam 11 kuartal terakhir. Lembaga pemeringkat utang Fitch pada September tahun ini menetapkan Korsel sebagai negara surga bagi para investor.
2. Polandia
Dulu, Polandia dianggap sebagai negara paling tidak menjanjikan di Eropa timur, tertinggal jauh dari Republik Ceko dan Slovenia. Namun, krisis Eropa jadi berkah tersendiri bagi Polandia. Ekonomi negara ini meningkat 15,8 persen pada 2008 dan 2011, di saat ekonomi Eropa turun hingga setengahnya. Hal ini tidak lain berkat kebijakan fiskal dan keuangan Polandia yang brilian, tingkat utang yang rendah dan pasar yang luas bagi konsumen domestik.
Masyarakatnya juga ikut andil menyumbang peningkatan ekonomi Polandia. Pekerja di negara ini bekerja lebih lama 500 jam per tahun dibandingkan Jerman, dengan upah yang lebih kecil. Alhasil, Polandia adalah satu-satunya negara di Uni Eropa yang tidak terimbas krisis terparah pada 2009.
3. Kanada
Tahun ini untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, masyarakat Kanada lebih kaya dari pada masyarakat Amerika Serikat. Padahal dua dekade lalu, Kanada jatuh bangun menghadapi utang dan pertumbuhan yang minim.
Keberhasilan Kanada mengatasi krisis ekonomi adalah berkat penghematan yang mereka lakukan sejak tahun 1990an. Di tengah investasi pemerintah yang masif di bidang infrastruktur, perdana menteri kala itu, Paul Martin, juga mengeluarkan kebijakan yang melarang sektor perbankan melakukan praktik-praktik beresiko dan membahayakan institusi finansial lainnya.
Ahli ekonomi mencatat, pendapatan Kanada meningkat 15 persen dalam 10 tahun terakhir. Kanada juga merupakan 10 negara yang layak untuk tempat hidup.
4. Swedia
Saat krisis finansial menimpa Swedia pada 1992, pemerintah langsung mengambil alih beberapa bank. Swedia memotong pajak yang tinggi dari perusahaan-perusahaan dan individu, dan menggunakan sebagian besar anggaran untuk pendidikan dan kesehatan.
Pemerintah Swedia mampu menjaga utang mereka tetap rendah, sekitar 38 persen dari GDP. Swedia tercatat sebagai negara dengan ekonomi tercepat-tumbuh se-Eropa pada 2011 setelah Estonia. Nilai mata uang krona juga terus melampaui euro.
5. Indonesia
Foreign Policy menuliskan, Indonesia tertolong oleh rasa percaya diri pemerintah dan rakyat yang luar biasa tinggi. Sebanyak delapan persen rakyatnya percaya bahwa negara ini akan menjadi negara superpower berikutnya. Indonesia juga melampaui India sebagai negara dengan konsumen paling optimis sedunia.
Pertumbuhan tahunan Indonesia stabil, 4,5 persen saat resesi dan menempati pertumbuhan kedua tertinggi di G-20 setelah China tahun lalu. Pertumbuhan ini berkat komoditi seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan timah. Tingkat konsumen kelas menengah Indonesia juga meningkat pesat. Penjualan mobil naik 15 persen per tahun, berujung pada semakin banyaknya perusahaan otomotif yang investasi. Salah satunya adalah Nissan yang meningkatkan produksi mereka hingga dua kali lipat, atau senilai US$400 juta.
6. Turki
GDP dan pendapatan per kapita Turki hampir meningkat hingga tiga kali lipat di tengah krisis di Eropa. Turki sekarang menjadi produsen mobil terbesar bagi pasar Eropa. Sebut saja Honda, Hyundai, Renault, Toyota dan Ford buka pabrik di negara ini.
Kemajuan Turki adalah berkat pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan yang meliberalisasi investasi dan memperketat regulasi yang membendung korupsi. Turki juga telah mengembalikan perannya sebagai jembatan antara Eropa dan Timur Tengah. Mitra dagang terbesar Turki adalah Jerman, Mesir, Iran, Irak dan Arab Saudi.
7. Meksiko
Walaupun Meksiko terkenal banyak masalah, di antaranya kekerasan kartel narkoba yang membunuh lebih dari 50.000 orang dalam enam terakhir, namun ekonominya meroket. Pertumbuhan ekonomi Meksiko melampaui Brasil tahun lalu. Lebih dari 700.000 lapangan pekerjaan tercipta di negara ini pada 2010, menantang dominasi China dan AS sebagai produsen alat-alat rumah tangga.
Inflasi dan tingkat utang Meksiko juga sangat rendah. Untuk pertama kalinya tahun ini, tingkat migrasi warga Meksiko ke Amerika Serikat nihil, menandakan kemajuan membuat rakyat betah di negaranya sendiri.