Anesthesia awareness
       Anesthesia awareness, yaitu tersadarnya pasien 
pada saat operasi di bawah pengaruh obat bius, sehingga ia bisa 
menyadari apa yang terjadi selama operasi. Sebenernya tulisan ini adalah
 request dari seorang mahasiswa pembaca blog ini setelah nonton
 film “Awake”. Kayaknya menarik juga, dan aku sendiri juga jadi pengen 
tau. Seperti apa ya?
 Anestesia umum
     Pada operasi-operasi besar yang membutuhkan ketelitian, ketepatan dan
 waktu lama, pasien umumnya mendapat anestesi umum untuk menghilangkan 
kesadaran dan rasa sakit. Anestesi umum yang modern menggunakan tiga 
golongan obat untuk memberikan efek pembiusan, yaitu: obat yang 
menyebabkan tertidur dan menghapuskan memori selama operasi (obat bius), obat yang melemaskan otot untuk mencegah kontraksi otot yang tidak diinginkan selama operasi (pelemas otot), dan obat penghilang rasa sakit yang kuat (analgesik kuat)
 seperti obat golongan morfin. Obat pelemas otot menyebabkan pasien 
tidak bisa bergerak, termasuk tidak bisa bicara, atau bahkan bernafas, 
sehingga seringkali dibantu dengan alat bantu pernafasan.
Nah, walaupun telah diberi anestesi dengan perhitungan yang teliti 
dari dokter ahli anestesi, dilaporkan 1-2 dari 1000 orang mungkin 
mengalami “anaesthesia awareness”, yaitu tersadar selama pembiusan, 
dengan berbagai tingkatan. Ada yang tersadar penuh, setengah tersadar, 
atau hanya sedikit tersadar.
Ada beberapa bentuk kesadaran ini, antara lain:
Pasien sadar, dapat bergerak, tapi tidak merasakan sakit. Pasien 
semacam ini mungkin mendapatkan analgesik yang cukup, tetapi kurang 
cukup obat untuk melemaskan otot dan obat biusnya.
Pasien sadar, tapi tidak bisa bergerak atau berteriak, dan tidak 
merasakan sakit. Pasien ini mungkin mendapatkan obat analgesik dan 
pelemas otot dengan dosis yang cukup, tetapi kurang dalam obat biusnya.
Yang paling mengerikan buat pasien adalah jika pasien sadar, 
merasakan sakitnya operasi, tetapi tidak bisa bergerak atau berteriak, 
atau mengerjakan apapun. Ini dapat disebabkan karena kurangnya dosis 
analgesik dan obat biusnya, tetapi cukup mendapatkan pelemas otot. Ini  
merupakan situasi yang cukup mengerikan dan kadang membuat trauma pasien
 terhadap operasi. Mestinya keadaan seperti ini bisa segera disadari 
oleh dokternya, tapi kadang2 karena pasien tidak bisa bereaksi, maka hal
 ini tidak disadari dan pasien akan sangat menderita. Selain itu, fungsi
 otak pasien yang tersadar ini umumnya abnormal karena di bawah pengaruh
 anestesi, dan ketambahan lagi dengan efek dari obat-obat lain, maka 
seringkali dapat menimbulkan efek-efek yang aneh seperti seolah-olah 
jatuh ke dalam neraka, merasa  jiwanya keluar dari badannya, atau merasa
 akan mati.  
Jiwa keluar dari tubuh?
Seorang dokter menceritakan pengalaman seorang pasiennya, wanita muda
 yang menjalani operasi hidung. Si pasien merasa keluar dari tubuhnya 
selama operasi berlangsung, bahkan bisa menceritakan dengan tepat apa 
yang terjadi di meja operasi. Dia melihat tubuhnya tergeletak di atas 
meja operasi, seolah-olah dia berdiri di luar tubuhnya dalam posisi di 
sisi kanan dari kaki meja operasi. Dia menyadari bahwa dia yang 
terbaring di atas meja operasi, tapi tidak merasa ketakutan karena 
menyadari bahwa ia tampaknya berdiri di luar tubuhnya. Dia melihat 
dokter bedah sedang mengoperasinya, tetapi  ia merasa tidak di operasi, 
maupun merasa sakit karena operasi. Dia melihat asisten dokter bedah. 
Dia melihat asisten anestesi duduk di samping mesin anestesi yang 
terletak di sisi kiri tubuhnya. Dan dia mengatakan bahwa dia tidak bisa 
melihat wajah orang-orang ini.
Apa yang terjadi dengan wanita ini sebelum, selama, dan setelah operasi nya?
Dia sepenuhnya sadar ketika dibawa ke ruang operasi, setelah itu 
kemudian diberi anestesi umum. Tekanan darahnya, kandungan oksigen 
darah, detak jantung, serta konsentrasi oksigen, karbon dioksida, asam 
nitrat, dan gas-gas anestesi lain terus diukur. Dia tersadar dari 
anestesi umum setelah menyelesaikan operasi. Dia dibawa ke ruang 
pemulihan setelah dia sadar sepenuhnya. Dan di sana ia menceritakan 
bahwa ia merasa keluar dari tubuhnya selama operasinya. Tekanan 
darahnya, darah konsentrasi oksigen, dan konsentrasi karbon dioksida 
darah tetap normal sepanjang operasi. Tidak ada hal-hal yang aneh selama
 operasi. Tidak ada yang melihat jiwanya berdiri di samping meja 
operasi. Tubuhnya tetap di atas meja operasi selama operasi. Dia tidak 
bisa bergerak, bernapas, atau berbicara selama operasi, karena ia telah 
menerima obat yang benar-benar melumpuhkan hampir semua otot tubuh, dan 
ia dibantu oleh ventilasi mekanis dengan mesin pernafasan.
Kebetulan, tak lama sebelum berakhirnya operasi, efek dari semua obat
 yang ia terima sebagian memudar, sehingga ia membuat sedikit gerakan 
tangan dan kaki. Lalu  asisten anestesi segera memberikan tambahan obat 
bius, sehingga sebenarnya tidak ada alasan untuk mengira bahwa dia 
tersadar saat selama operasi. Dia hanya mampu berbicara setelah dia 
terbangun dari anestesi umum. Pengamatan yang dilakukan selama ia 
“keluar dari tubuhnya” semuanya benar. Bagaimana ini bisa dijelaskan?
Diketahui bahwa semua indranya berfungsi normal, dan inilah yang bisa
 menjelaskan pengamatannya. Jadi begini……. Ia sepenuhnya sadar ketika 
dibawa ke dalam, dan keluar dari ruang operasi, sehingga ia melihat 
orang-orang di ruang operasi, pakaian mereka, instrumen, dan mesin 
anestesi di sisi kiri dari meja operasi. Dia melihat semua hal sebelum dan setelah dioperasi.
 Dia rupanya sempat sadar untuk waktu yang singkat pada saat efek 
obatnya berkurang dan ia sempat menggerakkan tangan dan kakinya seperti 
disebutkan di atas. Tetapi pada saat itu, otak dan seluruh tubuhnya 
masih dipengaruhi oleh obat bius yang diterimanya. Jadi, dia tidak 
merasakan sakit dari operasi yang dijalani, dan juga tidak mampu 
berbicara dan memberitahu orang-orang apa yang terjadi pada saat itu. 
Pengaruh konsentrasi rendah anestesi umum dan obat pelemas ototnya 
menyebabkan otot spindle-nya berfungsi abnormal. Sedikit gerakan sewaktu efek obatnya berkurang  menyebabkan otot spindel-nya
 menghasilkan aliran signal pada saraf sensorik yang menginfomasikan 
mengenai gerakan, berat dan posisinya. Otaknya yang kurang berfungsi 
akibat obat anestesi akan menginterpretasikan bahwa dirinya berada di 
luar tubuhnya, serta menghasilkan suatu halusinasi autoskopik.
 Ketika dia sadar, ia mampu mengingat semua pengalamannya. Apa yang 
seolah-olah dilihatnya ketika ia keluar dari tubuhnya sebenarnya adalah 
memorinya ketika ia masih sadar di ruang operasi dan belum dibius.