6 Festival Seru di Dunia
APAKAH Anda jenuh denga jenis wisata alam atau jenis wisata lain yang hanya begitu-begitu saja? Cobalah sesuatu yang lain yang mampu memberi warna berbeda bagi acara liburan Anda.
Sejumlah negara di dunia ini memiliki acara-acara unik yang melibatkan begitu banyak orang yang umum disebut parade atau festival. Semula, acara-acara ini diselenggarakan untuk merayakan hari-hari tertentu di samping, tentu saja, untuk memberikan kesenangan bagi penduduknya. Namun kemudian, acara ini juga dimanfaatkan untuk menarik perhatian wisatawan demi mendulang dolar dari sektor pariwisata.
Mengutip data dari berbagai sumber, termasuk femalefirst.co.uk, saat ini terdapat enam festival yang unik dan menarik, namun selalu berakhir dengan keadaan yang membuat pesertanya menjadi kotor, lokasinya menjadi amat berantakan, bahkan menimbulkan kebisingan luar biasa. Dan yang mengejutkan, wisatawan pun terlibat dalam acara "mengerikan" ini. Apakah keenam festival itu? Ini dia:
Sejumlah negara di dunia ini memiliki acara-acara unik yang melibatkan begitu banyak orang yang umum disebut parade atau festival. Semula, acara-acara ini diselenggarakan untuk merayakan hari-hari tertentu di samping, tentu saja, untuk memberikan kesenangan bagi penduduknya. Namun kemudian, acara ini juga dimanfaatkan untuk menarik perhatian wisatawan demi mendulang dolar dari sektor pariwisata.
Mengutip data dari berbagai sumber, termasuk femalefirst.co.uk, saat ini terdapat enam festival yang unik dan menarik, namun selalu berakhir dengan keadaan yang membuat pesertanya menjadi kotor, lokasinya menjadi amat berantakan, bahkan menimbulkan kebisingan luar biasa. Dan yang mengejutkan, wisatawan pun terlibat dalam acara "mengerikan" ini. Apakah keenam festival itu? Ini dia:
Festival ini diselenggarakan setiap Rabu terakhir di bulan Agustus, dan dilakukan selama sepekan. Lokasinya di kota Bunol, Valencia, Spanyol. Sekitar 30 km dari Mediterania.
Festival ini bermula ketika pada 1945 di kota itu diselenggarakan parade gigantes y cabezudos yang diikuti para pemuda setempat. Parade yang diselenggarakan di Plaza del Pueblo, alun-alun Kota Bunol ini, mempertontonkan aksi "adu jotos" para pemuda itu. Saat parade berlangsung, di dekatnya ada sayuran dengan tomat di antaranya. Tanpa pikir panjang, para peserta itu mengambil tomat dan melemparkannya satu sama lain. Parade pun kacau balau, sehingga polisi harus turun tangan menghentikannya. Namun peristiwa itu justru menjadi inspirasi warga kota, maka lahirlah Tomatina Festival.
Jika Anda ingin ikut terlibat, jangan lupa siapkan pakaian ganti dan obat-obatan, karena festival ini akan membuat sekujur tubuh Anda "berdarah" karena dilempari tomat. Bahkan tak sedikit peserta yang terluka akibat jalanan di lokasi festival yang menjadi licin.
2. Holi Festival
Festival ini bermula ketika pada 1945 di kota itu diselenggarakan parade gigantes y cabezudos yang diikuti para pemuda setempat. Parade yang diselenggarakan di Plaza del Pueblo, alun-alun Kota Bunol ini, mempertontonkan aksi "adu jotos" para pemuda itu. Saat parade berlangsung, di dekatnya ada sayuran dengan tomat di antaranya. Tanpa pikir panjang, para peserta itu mengambil tomat dan melemparkannya satu sama lain. Parade pun kacau balau, sehingga polisi harus turun tangan menghentikannya. Namun peristiwa itu justru menjadi inspirasi warga kota, maka lahirlah Tomatina Festival.
Jika Anda ingin ikut terlibat, jangan lupa siapkan pakaian ganti dan obat-obatan, karena festival ini akan membuat sekujur tubuh Anda "berdarah" karena dilempari tomat. Bahkan tak sedikit peserta yang terluka akibat jalanan di lokasi festival yang menjadi licin.
2. Holi Festival
Festival ini diselenggarakan di awal musim semi hingga selama 16 hari oleh umat Hindu di India, Bangladesh, Pakistan, dan Nepal. Di India, tahun ini Holi Festival diselenggarakan pada bulan Maret.
Holi Festival berakar dari kisah dalam agama Hindu, dimana dalam Vaishnavism disebutkan kalau ada seorang raja setan yang agung yang diberi anugerah oleh Dewa Brahma, sehingga tak dapat mati. Namanya Hiranyakasipu. Karena anugerah ini, Hiranyakasipu menjadi sombong. Dia meminta semua umat Hindu agar tak lagi menyembah dan menghormati dewa-dewa, namun harus menyembah dan hormat kepadanya.
Prahlada, anak Hiranyakasipu, menolak kesombongan ayahnya itu, dan tetap memuja Dewa Wishnu. Hiranyakasipu marah sekali. Apalagi karena meski telah dihasut dan diancam, Prahlanda tetap menyembah Wishnu.
Hiranyakasipu kemudian mencoba membunuh anaknya itu dengan beragam cara, termasuk dengan meracuni dan membuatnya diinjak-injak gajah, namun tak berhasil. Ia lalu meminta Holika, adiknya yang juga tak bisa mati, untuk memangku Prahlada di atas tumpukan kayu yang akan dibakar. Tujuannya, tentu, akan membakar tubuh Prahlada, sehingga anaknya itu tewas. Namun yang justru terjadi adalah, api membakar Holika hingga tewas, sementara Prahlada tetap hidup. "Pengorbanan" Holikah inilah yang kemudian diapresiasi melalui Festival Holi.
Semula, Festival Holi hanya dirayakan oleh umat Hindu, namun setelah perayaan ini dijadikan sebagai salah satu objek wisata, pesertanya yang bisa mencapai ribuan orang tak lagi hanya umat Hindu, tapi juga wisatawan.
Dalam festival ini, peserta saling melemparkan bubuk berwarna-warni, sehingga warna tubuh mereka menjadi aneh karena memiliki banyak warna. Seru memang, tapi membuat mereka menjadi kotor. Begitupula lokasi dimana festival diselenggarakan.
Holi Festival berakar dari kisah dalam agama Hindu, dimana dalam Vaishnavism disebutkan kalau ada seorang raja setan yang agung yang diberi anugerah oleh Dewa Brahma, sehingga tak dapat mati. Namanya Hiranyakasipu. Karena anugerah ini, Hiranyakasipu menjadi sombong. Dia meminta semua umat Hindu agar tak lagi menyembah dan menghormati dewa-dewa, namun harus menyembah dan hormat kepadanya.
Prahlada, anak Hiranyakasipu, menolak kesombongan ayahnya itu, dan tetap memuja Dewa Wishnu. Hiranyakasipu marah sekali. Apalagi karena meski telah dihasut dan diancam, Prahlanda tetap menyembah Wishnu.
Hiranyakasipu kemudian mencoba membunuh anaknya itu dengan beragam cara, termasuk dengan meracuni dan membuatnya diinjak-injak gajah, namun tak berhasil. Ia lalu meminta Holika, adiknya yang juga tak bisa mati, untuk memangku Prahlada di atas tumpukan kayu yang akan dibakar. Tujuannya, tentu, akan membakar tubuh Prahlada, sehingga anaknya itu tewas. Namun yang justru terjadi adalah, api membakar Holika hingga tewas, sementara Prahlada tetap hidup. "Pengorbanan" Holikah inilah yang kemudian diapresiasi melalui Festival Holi.
Semula, Festival Holi hanya dirayakan oleh umat Hindu, namun setelah perayaan ini dijadikan sebagai salah satu objek wisata, pesertanya yang bisa mencapai ribuan orang tak lagi hanya umat Hindu, tapi juga wisatawan.
Dalam festival ini, peserta saling melemparkan bubuk berwarna-warni, sehingga warna tubuh mereka menjadi aneh karena memiliki banyak warna. Seru memang, tapi membuat mereka menjadi kotor. Begitupula lokasi dimana festival diselenggarakan.
Festival ini dirayakan pada Tahun Baru Tradisional Thailand yang dihitung berdasarkan kalender Thailand yang dimulai pada 1888 Masehi. Kalender ini berlaku hingga 1940, sehingga sampai tahun itu, tahun baru Thailand biasanya jatuh pada 1 April. Namun setelah itu, Thailand menggunakan kalender masehi yang berlaku di seluruh dunia, yang menetapkan bahwa tahun baru jatuh pada 1 Januari.
Songkran berasal dari bahasa Sansekerta, "samkaranti", yang secara harfiah dapat diartikan sebagai "bagian dari astrologi". Semula, hari perayaan festival ini ditentukan berdasarkan perhitungan astrologi, sehingga waktu penyelenggaraannya selalu berubah-rubah. Namun kini tidak lagi, sehingga festival dirayakan pada hari dan bulan yang sama, namun selalu pada hari dengan cuaca terpanas di Thailand, yang biasanya terjadi di penghujung musim kemarau antara tanggal 13 hingga 15 April. Mengapa demikian?
Jawabannya adalah, karena festival yang diselenggarakan di Kota Chiangmai ini merupakan festival dimana orang-orang saling menyiramkan air dengan menggunakan ember, gayung, pistol air atau balon, sehingga semua peserta basah kuyup.
Konon, tradisi yang telah diselenggarakan selama berabad-abad ini diadaptasi dari salah satu budaya di India. Maklum, seperti juga di India, penduduk Thailand kebanyakan juga berama Hindu. Filosofinya adalah, untuk membersihkan pikiran, tubuh dan jiwa.
4. La Batalla Festival
Songkran berasal dari bahasa Sansekerta, "samkaranti", yang secara harfiah dapat diartikan sebagai "bagian dari astrologi". Semula, hari perayaan festival ini ditentukan berdasarkan perhitungan astrologi, sehingga waktu penyelenggaraannya selalu berubah-rubah. Namun kini tidak lagi, sehingga festival dirayakan pada hari dan bulan yang sama, namun selalu pada hari dengan cuaca terpanas di Thailand, yang biasanya terjadi di penghujung musim kemarau antara tanggal 13 hingga 15 April. Mengapa demikian?
Jawabannya adalah, karena festival yang diselenggarakan di Kota Chiangmai ini merupakan festival dimana orang-orang saling menyiramkan air dengan menggunakan ember, gayung, pistol air atau balon, sehingga semua peserta basah kuyup.
Konon, tradisi yang telah diselenggarakan selama berabad-abad ini diadaptasi dari salah satu budaya di India. Maklum, seperti juga di India, penduduk Thailand kebanyakan juga berama Hindu. Filosofinya adalah, untuk membersihkan pikiran, tubuh dan jiwa.
4. La Batalla Festival
Festival ini diselenggaralan di Kota Haro di kawasan Rioja, Spanyol utara, pada hari Santo Pelindung San Pedro pada 29 Juni. Dikenal juga dengan nama Battle of Wine.
Festival yang dimulai pukul 07:00 pagi melibatkan para orang tua dan anak muda yang diwajibkan mengenakan kemeja atau kaos putih yang dilengkapi syal merah. Selain itu, mereka juga wajib membawa kendi, botol, dan jenis wadah yang lain yang telah diisi anggur merah.
Festival ini dipimpin oleh walikota Haro yang duduk di atas kuda. Setelah acara dibuka, peserta yang berjumlah ratusan, bahkan ribuan orang, menumpahkan anggur yang mereka bawa ke tubuh peserta lain hingga anggur yang mereka bawa tak bersisa. Tentu, mereka menjadi basah kuyup dan warna pakaian yang dikenakan pun berubah kemerahan. Acara diakhiri dengan berdansa, makan bersama, dan minum anggur.
5. Pillow Festival
Festival yang dimulai pukul 07:00 pagi melibatkan para orang tua dan anak muda yang diwajibkan mengenakan kemeja atau kaos putih yang dilengkapi syal merah. Selain itu, mereka juga wajib membawa kendi, botol, dan jenis wadah yang lain yang telah diisi anggur merah.
Festival ini dipimpin oleh walikota Haro yang duduk di atas kuda. Setelah acara dibuka, peserta yang berjumlah ratusan, bahkan ribuan orang, menumpahkan anggur yang mereka bawa ke tubuh peserta lain hingga anggur yang mereka bawa tak bersisa. Tentu, mereka menjadi basah kuyup dan warna pakaian yang dikenakan pun berubah kemerahan. Acara diakhiri dengan berdansa, makan bersama, dan minum anggur.
5. Pillow Festival
Festival ini diselenggarakan setiap April di Amsterdam, Brasil, London dan Shanghai. Pesertanya berkumpul di sebuah lokasi dengan masing-masing satu bantal di tangan. Begitu acara dimulai, para peserta saling memukul dengan bantal yang mereka bawa.
Pukulan harus kuat dan berulang-ulang hingga bantal seobek dan isinya berhamburan mengotori pakaian peserta dan lokasi festival.
6. Tintamarre Festival
Pukulan harus kuat dan berulang-ulang hingga bantal seobek dan isinya berhamburan mengotori pakaian peserta dan lokasi festival.
6. Tintamarre Festival
Festival yang diselenggarakan setiap Agustus di Kanada ini tidak membuat peserta dan lokasi tempat festival diselenggarakan menjadi kotor, namun membuat mereka dan juga para penontonnya mengalami kebisingan yang sangat akibat alat bebunyian yang digunakan.
Tintamarre berasal dari tradisi rakyat Kanada keturunan Acadian pada pertengahan abad 20, dan diselenggarakan untuk merayakan The National Acadian Day. Konon, festival ini terinsiprasi oleh tradisi kuno rakyat Perancis, karena tintamarre sendiri dalam bahasa Perancis berarti Acadian yang berarti "bunyi berdering" atau "din".
Selama festival, peserta berdandan dan melukis wajah mereka sedemikian rupa, sehingga mirip badut atau karakter-karakter kocak dan aneh lainnya. Selain itu, mereka membawa peluit, gergaji, alat musik dan alat-alat lain yang dapat menimbulkan suara bising.
Bagi Anda yang tak suka kebisingan, festival ini mungkin memuakkan. Tapi bila Anda yang menyukai hal-hal yang seru, festival ini bisa menjadi salah satu alternatif objek liburan Anda.
Tintamarre berasal dari tradisi rakyat Kanada keturunan Acadian pada pertengahan abad 20, dan diselenggarakan untuk merayakan The National Acadian Day. Konon, festival ini terinsiprasi oleh tradisi kuno rakyat Perancis, karena tintamarre sendiri dalam bahasa Perancis berarti Acadian yang berarti "bunyi berdering" atau "din".
Selama festival, peserta berdandan dan melukis wajah mereka sedemikian rupa, sehingga mirip badut atau karakter-karakter kocak dan aneh lainnya. Selain itu, mereka membawa peluit, gergaji, alat musik dan alat-alat lain yang dapat menimbulkan suara bising.
Bagi Anda yang tak suka kebisingan, festival ini mungkin memuakkan. Tapi bila Anda yang menyukai hal-hal yang seru, festival ini bisa menjadi salah satu alternatif objek liburan Anda.